Laman

Rabu, 28 November 2012

Pembaruan Kurikulum


Mencermati Kurikulum di Indonesia
Ki Sugeng Subagya
Secara etimologis, kurikulum (curriculum) berasal dari bahasa Yunani curir yang artinya "pelari" dan curere yang berarti "tempat berpacu".  Dalam pendidikan, secara esensial kurikulum berarti sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan atau kompetensi yang harus ditempuh atau diselesaikan peserta didik  guna mencapai tingkatan tertentu secara formal.
Seiring dengan tuntutan perubahan alam dan zaman, kurikulum dituntut mengadopsi dan mengadaptasi kebutuhan masyarakat. Hal ini dipicu oleh tuntutan masyarakat terhadap dunia pendidikan formal yang harus berisi nilai-nilai dan kompetensi siswa sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan dunia kerja.
Sejak merdeka, Indonesia telah memperbarui kurikulum sedikitnya 10 (sepuluh) kali, ialah pada tahun 1947 (Rencana Pelajaran atau Leer Plan), 1952 (Rencana Pelajaran Terurai), 1964 (Rencana Pendidikan), 1968 (Kurikulum 1968), 1975 (Kurikulum 1975), 1984 (Kurikulum 1975 yang disempurnakan), 1994 (Kurikulum 1994), 1999 (Suplemen Kurikulum 1994), 2004 (Kurikulum Berbasis Kompetensi), dan 2006 (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan).
Dalam 10 (sepuluh) kali pembaruan kurikulum, terdapat 4 (empat)  karakteristik yang menonjol.  (1) kurikulum sebagai rencana pelajaran (1947-1968), (2) kurikulum berorientasi pada tujuan   (1975-1984), (3) kurikulum sebagai garis besar program pengajaran (1994-1999), dan (4) kurikulum berbasis kompetensi (2004-2006).
Tahun 2013 akan terbit kurikulum baru. Saat ini sedang dalam proses penyusunan. Menurut penjelasan Mendikbud, kurikulum 2013 menekankan aspek kognitif, afektif, psikomotorik melalui penilaian berbasis test dan portofolio saling melengkapi. Siswa  tidak lagi banyak menghafal, tetapi pembelajaran berdasar  kurikulum berbasis sains.  Pendek kata,  orientasi pengembangan kurikulum 2013 adalah tercapainya kompetensi yang berimbang antara sikap, keterampilan, dan pengetahuan, disamping cara pembelajarannya yang holistik dan menyenangkan.
Kurikulum 2013 tidak sebatas daftar mata pelajaran atau kegiatan-kegiatan belajar. Segala hal yang berpengaruh terhadap pembentukan pribadi  peserta didik  sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan adalah kurikulum. Kurikulum 2013 adalah kurikulum ideal.
Peran Guru
Sebaik apapun kurikulumnya, tidak dilaksanakan oleh guru yang mumpuni, tidak akan mampu mengantar peserta didik menyentuh garis finish. Guru memiliki peran penting merealisasi kurikulum ideal. Jika selama ini guru telah terbelenggu oleh pengajaran formal yang miskin nilai-nilai pendidikan holistik, melatih kembali guru memiliki kompetensi utuh sebagai pendidik sekaligus pengajar mendesak dilakukan.
Dalam konteks kurikulum, pelatihan guru setidaknya untuk pemahaman konsep kurikulum ideal dan implementasinya dalam pembelajaran.
Pertama, mendekatkan pembelajaran sebagai curriculum actual atau real curriculum kepada kurikulum ideal. Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran tidak boleh lepas dari substansi yang tertulis dalam buku kurikulum, baik filosofisnya, tujuannya, maupun isinya. Meskipun hal ini tidak mudah, tetapi kunci keberhasilan pembelajaran berdasar kurikulum ideal terletak disini.
Kedua, mengimplementasi hidden curriculum secara sempurna. Hidden curriculum atau kurikulum tersembunyi adalah segala hal yang terjadi yang mempengaruhi ketika  pelaksanaan real curricum berlangsung. Pengaruh ini bisa dari pribadi guru, peserta didik, karyawan sekolah, tukang kantin, dan berbagai hal yang terjadi di lingkungan sekolah saat itu. Meskipun mendeteksi kurikulum tersembunyi tidak mudah,  sangat kompleks, sulit diketahui dan dinilai, namun guru harus memiliki kecakapan untuk mengimplementasinya.
Ketiga, menegaskan kurikulum sebagai sarana pembelajaran. Kurikulum dan pembelajaran merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Meskipun dalam pelaksanaannya integral, namun dapat dibedakan.  Kurikulum lebih menunjukan pada suatu program yang bersifat umum, untuk jangka lama, dan tak tercapai dalam waktu sesaat. Sedangkan pembelajaran bersifat realistis atau aktual, sifatnya khusus dan tercapai pada saat itu juga.
Akankah kurikulum ideal dapat diwujudkan oleh guru sebagai pelaksana di lapangan? Selama ini  berubahnya kurikulum hanya menimbulkan kegaduhan. Perubahan kurikulum tidak berpengaruh terhadap perubahan metode dan cara guru mengajar. Perlu perubahan revolusioner dalam pembelajaran kurikulum 2013. 
Ki Sugeng Subagya,
Pamong Tamansiswa dan Sekretaris Badan Musyawarah Perguruan Swasta (BMPS) Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.   

Artikel dimuat SKH Kedaulatan Rakyat, Selasa 27 November 2012 halaman 12.

1 komentar:

  1. kurikulum berubah lagi, buku harus ganti lagi, semua harus dimulai lagi

    BalasHapus