Mencermati Kurikulum di Indonesia
Ki
Sugeng Subagya
Secara
etimologis, kurikulum (curriculum) berasal dari bahasa
Yunani curir yang artinya
"pelari" dan curere yang
berarti "tempat berpacu". Dalam
pendidikan, secara esensial kurikulum berarti sejumlah pengetahuan,
keterampilan, dan kemampuan atau kompetensi yang harus ditempuh atau
diselesaikan peserta didik guna mencapai
tingkatan tertentu secara formal.
Seiring
dengan tuntutan perubahan alam dan zaman, kurikulum dituntut mengadopsi dan
mengadaptasi kebutuhan masyarakat. Hal ini dipicu oleh tuntutan masyarakat
terhadap dunia pendidikan formal yang harus berisi nilai-nilai dan kompetensi
siswa sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan dunia kerja.
Sejak
merdeka, Indonesia telah memperbarui kurikulum sedikitnya 10 (sepuluh) kali,
ialah pada tahun 1947 (Rencana Pelajaran atau Leer Plan), 1952 (Rencana Pelajaran Terurai), 1964 (Rencana
Pendidikan), 1968 (Kurikulum 1968), 1975 (Kurikulum 1975), 1984 (Kurikulum 1975
yang disempurnakan), 1994 (Kurikulum 1994), 1999 (Suplemen Kurikulum 1994),
2004 (Kurikulum Berbasis Kompetensi), dan 2006 (Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan).
Dalam 10
(sepuluh) kali pembaruan kurikulum, terdapat 4 (empat) karakteristik yang menonjol. (1) kurikulum sebagai rencana pelajaran (1947-1968),
(2) kurikulum berorientasi pada tujuan (1975-1984), (3) kurikulum sebagai garis besar
program pengajaran (1994-1999), dan (4) kurikulum berbasis kompetensi (2004-2006).
Tahun 2013
akan terbit kurikulum baru. Saat ini sedang dalam proses penyusunan. Menurut
penjelasan Mendikbud, kurikulum 2013 menekankan
aspek kognitif, afektif, psikomotorik melalui penilaian berbasis test dan portofolio saling melengkapi. Siswa tidak lagi banyak menghafal, tetapi pembelajaran
berdasar kurikulum berbasis sains. Pendek kata,
orientasi pengembangan kurikulum 2013 adalah tercapainya kompetensi yang
berimbang antara sikap, keterampilan, dan pengetahuan, disamping cara
pembelajarannya yang holistik dan menyenangkan.
Kurikulum 2013
tidak sebatas daftar mata pelajaran atau kegiatan-kegiatan belajar. Segala hal
yang berpengaruh terhadap pembentukan pribadi peserta didik
sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan adalah kurikulum.
Kurikulum 2013 adalah kurikulum ideal.
Peran Guru
Sebaik
apapun kurikulumnya, tidak dilaksanakan oleh guru yang mumpuni, tidak akan mampu mengantar peserta didik menyentuh garis finish. Guru memiliki peran penting
merealisasi kurikulum ideal. Jika selama ini guru telah terbelenggu oleh
pengajaran formal yang miskin nilai-nilai pendidikan holistik, melatih kembali
guru memiliki kompetensi utuh sebagai pendidik sekaligus pengajar mendesak
dilakukan.
Dalam
konteks kurikulum, pelatihan guru setidaknya untuk pemahaman konsep kurikulum
ideal dan implementasinya dalam pembelajaran.
Pertama, mendekatkan pembelajaran
sebagai curriculum actual atau real curriculum kepada kurikulum ideal.
Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran tidak boleh lepas dari substansi yang
tertulis dalam buku kurikulum, baik filosofisnya, tujuannya, maupun isinya.
Meskipun hal ini tidak mudah, tetapi kunci keberhasilan pembelajaran berdasar
kurikulum ideal terletak disini.
Kedua, mengimplementasi hidden curriculum secara sempurna. Hidden curriculum atau kurikulum
tersembunyi adalah segala hal yang terjadi yang mempengaruhi ketika pelaksanaan real curricum berlangsung. Pengaruh ini bisa dari pribadi guru, peserta
didik, karyawan sekolah, tukang kantin, dan berbagai hal yang terjadi di
lingkungan sekolah saat itu. Meskipun mendeteksi kurikulum tersembunyi tidak mudah, sangat kompleks, sulit diketahui dan dinilai,
namun guru harus memiliki kecakapan untuk mengimplementasinya.
Ketiga, menegaskan kurikulum sebagai
sarana pembelajaran. Kurikulum dan pembelajaran merupakan dua hal yang tidak
dapat dipisahkan. Meskipun dalam pelaksanaannya integral, namun dapat
dibedakan. Kurikulum lebih menunjukan
pada suatu program yang bersifat umum, untuk jangka lama, dan tak tercapai
dalam waktu sesaat. Sedangkan pembelajaran bersifat realistis atau aktual,
sifatnya khusus dan tercapai pada saat itu juga.
Akankah kurikulum ideal dapat diwujudkan
oleh guru sebagai pelaksana di lapangan? Selama ini berubahnya kurikulum hanya menimbulkan
kegaduhan. Perubahan kurikulum tidak berpengaruh terhadap perubahan metode dan
cara guru mengajar. Perlu perubahan revolusioner dalam pembelajaran kurikulum
2013.
Ki Sugeng Subagya,
Pamong Tamansiswa dan Sekretaris Badan Musyawarah Perguruan Swasta
(BMPS) Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.
Artikel dimuat SKH Kedaulatan Rakyat, Selasa 27 November 2012 halaman 12.
kurikulum berubah lagi, buku harus ganti lagi, semua harus dimulai lagi
BalasHapus